TEMPO.CO, Jakarta - Staf Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN, Arya Sinulingga, memastikan Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS PT Pertamina (Persero) akan digelar dalam waktu dekat. Ia memungkinkan RUPS dihelat pada akhir November.
"Pertamina kami harap selesai cepat. Akhir bulan ini, mungkin," ujar Arya di kantor Kementerian BUMN, Rabu, 20 November 2019.
Dalam agenda RUPS itu, Kementerian BUMN akan mengangkat direktur utama yang saat ini masih lowong. Tatanan komisaris perusahaan minyak pelat merah itu juga diduga bakal dirombak.
Politikus PDIP, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, belakangan dikabarkan menjadi calon kuat yang menempati kursi bos Pertamina. Dugaan itu diperkuat setelah ia menyambangi kantor Kementerian BUMN untuk bersamuh dengan Menteri Erick Thohir pada pekan lalu.
Koran Tempo edisi Kamis, 14 November 2019, menulis Ahok disinyalir bakal menjadi calon kuat Komisaris Utama Pertamina. Dua sumber Tempo di internal Kementerian BUMN menyatakan bahwa Presien Joko Widodo sendirilah yang meminta Ahok menjabat sebagai bos BUMN. "Permintaan itu dari Presiden, bukan Erick yang mengusulkan ke Istana,” tutur sumber.
Arya masih enggan mengomentari posisi Ahok di Pertamina. Ia meminta masyarakat bersabar. "Tunggu tanggal mainnya," ujarnya.
Adapun menanggapi penolakan Ahok sebagai bos BUMN, Arya meminta beberapa pihak menghormati keputusan pemerintah. Ia optimistis Ahok bakal bisa merangkul banyak pihak seumpama bergabung dengan perusahaan pelat merah.
Presiden FSPPB Arie Gumilar sebelumnya terang-terangan menolak Ahok menjabat sebagai bos Pertamina. Ahok sendiri dikabarkan akan menjadi calon kuat Komisaris Utama PT Pertamina Persero menggantikan Tanri Abeng pada akhir November nanti.
Dalam pesan pendek kepada Tempo, Arie menyatakan Ahok adalah tokoh yang kesohor kerap membuat kegaduhan. "Kami semua tahu bagaimana track record sikap dan prilaku yang bersangkutan, yang selalu membuat keributan dan kegaduhan di mana mana, bahkan sering kali berkata kotor," katanya, Jumat petang.
Arie khawatir karakter Ahok yang menggebu-gebu ini akan berdampak pada organisasi Pertamina. Ia juga was-was ke depan hal ini bakal mempengaruhi distribusi energi dan pelayanan BBM kepada masyarakat.